Berbicara dan bersosialisasi di masyarakat tidak semudah yang kita lihat, mengapa demikian? Karena tidak semua orang memiliki rasa percaya diri untuk memulai atau pun mengikuti suatu obrolan. Padahal dari sebuah obrolan kita bisa mendapatkan wawasan baru, relasi baru, bahkan jika beruntung kita bisa mendapatkan lingkungan yang sesuai dengan diri kita. Sangat disayangkan jika kita melewatkan manfaat tersebut.
Lalu mengapa ada orang yang jarang berbicara dengan orang lain? Biasanya orang yang takut untuk bergabung dalam sebuah obrolan memiliki beberapa alasan tertentu.
Pertama karena seseorang tidak memiliki bahan untuk dibicarakan, tidak tahu banyak wawasan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka seseorang harus punya wawasan yang luas, minimal dia mengetahui bagaimana kondisi masyarakat saat ini, apa yang sedang tren.
Namun terkadang ada seseorang yang sebenarnya sudah melakukan banyak hal, mencari banyak wawasan tetapi dia merasa kurang wawasan karena dia tidak mindfull terhadap apa yang dia lakukan. Sehingga apa saja yang telah dilalui itu sia-sia dan tidak membekas.
Kedua yaitu seseorang sebenarnya sudah memiliki topik namun dia tidak bisa menceritakannya kepada orang lain. Mengatasi hal ini, seseorang bisa memulai berempati kepada audiens karena dia perlu mengenal bagaimana karakter audiens yang akan diajak berbicara. Mendengarkan apa saja kesukaan dan gaya bicara yang digunakan audiens.
Berbicara juga ada ilmunya, bagaimana alur untuk menyampaikan cerita kita. Mulai dari intro atau perkenalan lalu masuk ke dalam cerita kita yang penuh dengan kisah seru, hingga nanti akhirnya baru kita berikan penutupan terhadap cerita yang sudah diberikan.
Selain hanya berani berbicara , kita perlu menjadi orang yang asyik dan menyenangkan dalam sebuah obrolan. Hal ini perlu dilakukan agar lawan bicara kita nyaman saat berkomunikasi dengan kita.
Menjadi asyik bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan, selama seseorang mengetahui caranya. Turunkan gengsi untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu, lalu memulai percakapan dengan hal yang receh sekalipun. Seseorang juga harus tahu kondisi di mana kamu bisa mengatakan suatu hal tersebut di hadapan orang lain atau tidak.